Kamis, 13 Juni 2013

Kota Barbastro Dan Kelemahan Kaum Muslimin Menghadapi Serangan Prancis





Salah satu faktor keruntuhan Daulah Islam di Andalusia adalah kurangnya perhatian kaum muslimin terhadap kekhilafahan dan mulai beralih ke pembagian wilayah dengan raja-raja kecil dengan otoritas masing-masing, atau dikenal dengan istilah Muluk Thawaif.

Disintegrasi negara Islam di Andalusia menjadi 23 negara kecil dengan raja di setiap wilayah ketika itu telah merangsang nafsu keserakahan orang-orang Kristen Eropa untuk menguasainya. Salah satu dari negara-negara kecil itu adalah Zaragoza di utara Andalusia, yang diperintah oleh Sulaiman bin Hud.

Ketika ia meninggal, kerajaannya dibagi untuk lima anaknya! Kota Barbastro menjadi milik Yusuf bin Sulaiman, yang digelari Al-Mudhaffir Billah.

Pada tahun 456 Hijriah, lebih dari empat puluh ribu tentara Salib dari selatan Prancis menyerang Zaragoza. Mereka melewati pegunungan Pyrenees dan kota Barbastro juga mereka lewati dalam perjalanan itu. Mereka mengepung kota ini dengan ketat.

Al-Mudhaffir Billah mengirimkan kurir kepada Al-Muqtadir Billah agar membantunya, namun permintaannya ditolak oleh saudaranya tersebut, dan membiarkan kaum muslimin yang sedang terkepung di kota itu.
Al-Mudhaffir juga mengirimkan kurir ke semua negara Muslim yang terpecah-pecah tersebut namun tetap saja tidak ada seorang pun yang meresponsnya. Tidak ada telinga yang mau mendengar teriakannya!

Tentara Salib mengepung kaum muslimin selama empat puluh hari, hingga membuat kekuatan mereka melemah dan kondisinya semakin sulit. Terjadilah pertempuran sengit, orang-orang Prancis menyerang bagaikan badai dari luar kota dan membarikade kaum muslimin di dalamnya.

Kaum muslimin tetap mengadakan perlawanan dengan ketabahan, namun salah seorang pengkhianat menunjukkan aliran air bagi kaum muslimin di dalam kota itu kepada orang-orang Prancis. Mereka pun segera memutus saluran air itu hingga menyebabkan kaum muslimin sangat kehausan. Akhirnya penduduk Barbastro meminta jaminan keamanan dengan beberapa persyaratan, namun ditolak oleh Tentara Salib.

Tentara Salib menyerbu kota itu dengan kekuatan pedang. Mereka membasmi apa saja yang ada di dalamnya dan membunuh seratus ribu atau lima ratus ribu Muslim, menurut pendapat lain.

Setelah itu, Tentara Salib membagi-bagi kota itu menjadi wilayah-wilayah kecil yang masing-masing dipimpin oleh satu tentara Salib. Semua wilayah Islam tersebut akhirnya tunduk di bawah kekuasaan Prancis.

Orang-orang Prancis memilih lima ribu gadis Muslim yang paling cantik dan mengirimkan mereka sebagai hadiah kepada Raja Konstantinopel. Mereka menempatkan 35 ribu tentara penjaga di kota Barbastro, sedangkan sisanya pulang ke Prancis membawa barang jarahan dan amunisi.(najah)

Redaksi: Agus

Follow On Twitter